Pilih! Jadi Koruptor Atau Maling?

Pilih! Jadi Koruptor Atau Maling?
Kalau disuruh memilih, mau jadi maling atau koruptor? Saya mendingan jadi koruptor. Dapat uang banyak, tapi jika tertangkap tidak mungkin dipukuli apalagi dibunuh.

Lagian, jadi maling itu susah, kalau ketangkap pasti malu, nah kalau koruptor, ketangkap justru melambai-lambaikan tangan di televisi sambil cengar-cengir bangga. Gila.

Koruptor memang tak punya malu, bagaimana tidak, sudah ketahuan korupsi, ketangkap, tapi ngeyel katanya tidak korupsi. Coba, maunya ya? Mendingan penjara koruptor di tempatkan di sebuah pulau terpencil dan penjaganya mendingan buaya dan harimau, jadi kalau mencoba kabur, mereka akan dimakan buaya atau harimau. Kasih stok beras dan makanan kaleng untuk makan sebulan dan biarkan mereka masak sendiri.

Hidup mereka memang ruwet, sudah punya gaji besar, tapi masih mau juga ngembat duwit rakyat. Gila. Itu aja, koruptor masih dibela-bela. Mendingan buat bela rakyat kecil yang digusur, udah pasti mereka berterima kasih dan jelas ucapan mereka tulus.

Penampakan Hantu Di Siang Bolong

Pernahkah Anda melihat sebuah foto yang di dalamnya ada gambar hantu? Jangan mudah percaya karena itu biasanya adalah tipuan kamera. Jaman sekarang, apa sih yang tidak bisa dibuat? Sementara saat ini orang sudah bisa pergi ke bulan, membuat nuklir menjadi listrik, berbicara jarak jauh dengan telepon genggam dengan live video dan kecanggihan lainnya.

Gambar yang saya ambilvdan seolah ada hantunya adalah hasil rekayasa kamera canggih, sebuah aplikasi yang bisa Anda download di Google Play. Foto tempat adalah asli, namun gambar hantu di siang bolong adalah hasil rekayasa. Mengenai judul tulisan, ini hanya untuk mengundang Anda membaca artikel saya, agar selanjutnya Anda tak mudah ditipu oleh sebuah foto.

Jika melihat foto, memang nampak seperti asli, seperti sesosok hantu di siang bolong. Hantu tersebut nampak sedang pamer keseramannya.

Media Online Profesional Versus Media Abal Abal

Media Online Profesional Versus Media Abal Abal

Foto: bisnis.com


Sampai hari ini, sudah sangat banyak sekali media sebagai sumber berita. Baik media cetak, media massa dan media online. Bahkan, belakangan yang makin berkembang adalah portal berita online yang ikut menjadi sumber bacaan yang lebih mudah karena bisa diakses menggunakan gadget yang paling sederhana, yaitu telepon genggam yang tersambung dengan internet. Media-media tersebut menjadi konsumsi keseharian masyarakat pengguna internet di seluruh tanah air. Mulai dari media profesional sampai yang abal-abal pun dapat diakses dengan mudah. Namun, terkadang masyarakat tidak bisa memilah mana media yang profesional dan mana yang abal-abal, terkadang tidak beda jauh. Memilih media yang terpercaya memang saat ini sangat susah. Media-media tersebut juga terkadang menjadi alat politik bagi pemiliknya jika memang sang pemilik berada dalam lingkaran partai politik atau justru terlibat langsung dalam politik praktis. Bahkan, media-media tersebut tidak segan-segan menyerang lawan politiknya dengan membabi-buta. Saat pemilu, banyak media selalu dimanfaatkan oleh para politikus sebagai kendaraan untuk melejitkan namanya. Dan itu bisa dilakukan dengan menyewa atau malah membeli media-nya. Hal-hal ini sebenarnya sudah terjadi dan masyarakat sudah sangat paham. Namun tetap saja, masyarakat seharusnya bisa menyaring setiap berita, karena biasanya media bayaran yang memang disewa untuk menyerang lawan politik jelas terlihat sangat tendensius dan jauh dari fakta sebenarnya. Saya sudah berpetualang menjajaki banyak situs berita online. Dari yang saya dapat, sungguh sangat meyedihkan. Ternyata media abal-abal lebih banyak jumlahnya dibanding media profesional. Dan dari nama media, terkadang kita terkecoh, karena media-media tersebut terkadang membawa nama instansi pemerintah, nama lembaga dan bahkan agama. Dari penelusuran saya, ada ratusan media abal-abal yang tersebar di dunia maya dengan pemberitaan tendensius, tanpa fakta dan terkadang bersumber dari media sosial seperti Facebook, Twitter, Instagram dan lain-lain yang jelas hanya opini dan tak bisa dikatakan benar, kecuali sudah melalui verifikasi. Mari kita kaji lebih mendalam tentang penghasilan media online, baik yang profesional maupun yang abal-abal. Saya adalah seorang Blogger yang sudah puluhan tahun. Darimana penghasilan mereka? Dari beberapa teman Blogger yang memang serius menggeluti blog dan forum-forum, mereka bisa menghasilkan ratusan dollar per hari dari blog mereka dan bisa menggaji pengelola blognya sesuai standar UMP. Tentu saja perolehan penghasilan mereka dari iklan. Iklan yang paling efektif dan bisa menghasilkan uang adalah dari para pemasang iklan dan juga Adsense dari Google. Dari penjelasan-penjelasan teman-teman, trafik tinggi merupakan berkah bagi mereka. Dan itu membuat pemasang iklan makin berminat. Makanya jangan heran bila blog, website yang ramai pengunjung bisa menghasilkan jutaan bahkan puluhan juta rupiah perhari. Jadi, dari penjelasan di atas bisa disimpulkan bahwa, baik media online profesional maupun yang abal-abal, tentu saja tidak ada bedanya. Yang membedakan adalah legalitas, isi dan sumber berita. Legal, berarti diakui sebagai media yang kredibel dan biasanya berbentuk perusahaan, sementara media abal-abal dikelola oleh perorangan atau kumpulan orang-orang saja. Isi, di dalamnya adalah orang-orang yang berkompeten di bidang jurnalistik dan bisa mempertanggung-jawabkan apa yang ditulisnya, sementara media abal-abal biasanya isi beritanya bersifat tendensius, fitnah dan melecehkan, menyerang baik instansi maupun perorangan. Sumber, yang saya maksud adalah sumber berita. Jika media profesional biasanya sumber dari orang-orang, fakta di lapangan yang memang ada dan bisa dipercaya, sementara media abal-abal, terkadang berdasarkan opini "ngawur", dari media sosial dan hayalan karena ingin menjatuhkan.

Jalan-Jalan Saat Lebaran 2015

Lebaran kali ini cukup melelahkan. Pada hari pertama lebaran, saling silaturahmi ke tetangga terdekat sampai hari kedua. Itu biasa dilakukan atau sudah menjadi tradisi saling berkunjung hanya sekedar meminta maaf dan mengucapkan salam lebaran.

Pada hari kedua malam, perjalanan dilanjutkan ke Surabaya dengan menyewa mobil. Tujuan ke Surabaya, tepatnya di Bandara Internasional Juanda di Sidoarjo adalah untuk menjemput suami dari kakaknya istri, kebiasaan saat lebaran memang macet dan perjalanan ke Bandara hingga 5 jam. Dan itu sangat membosankan. Dan lebaran hari ketiga pagi baru sampai rumah dan digunakan untuk istirahat dan sore harinya melanjutkan silaturahmi ke tetangga yang belum dikunjungi.

Kemudia pada hari keempat, perjalan kembali ke Malang silaturahmi ke tempat saudara, lumayan capek karena seharian penuh baru sampai rumah lagi.

Hingga lebaran hari ketuju, masih juga bersilaturahmi ke tempat saudara yang agak jauh di sekitar Blitar. Ya, lelah dan capek, namun inilah lebaran, menjadi momentum yang ditunggu oleh umat Muslim di seluruh dunia. Bersyukur setelah menjalani ibadah puasa selama sebulan penuh.

Selamat Idul Fitri 1436 Hijriah. Mohon maaf lahir dan batin

Presiden Jokowi Adalah Indonesia

Presiden Jokowi Adalah Indonesia

Presiden Joko Widodo atau yang lebih akrab dipanggil Presiden Jokowi
adalah Presiden ketujuh Republik Indonesia menggantikan Susilo Bambang
Yudoyono.

Mantan Walikota Solo dan Gubernur DKI Jakarta itu memenangkan Pemilu
Presiden berpasangan dengan Jusuf Kalla (Jokowi-JK) pada Juni 2014
yang lalu mengalahkan pasangan Prabowo Subianto dan Hatta Rajasa
(Prabowo-Hatta) dengan selisih suara sedikit.

Presiden Jokowi digadang-gadang mampu mengubah Indonesia kepada
kemajuan di semua bidang. Namun dalam perjalanannya, Presiden Jokowi
senantiasa mendapat tantangan yang sangat berat. Hal ini terlihat
betapa ramainya para penghujat dan pemfitnah Jokowi. Hal itu dapat
dilihat di dunia maya atau internet.

Di Facebook dan Twitter, Jokowi selalu mendapat kritik pedas dan
terkadang malah hujatan. Nanum, Presiden Jokowi tetap sabar dan selalu
membalas segala hujatan, hinaan dan fitnahan dengan bekerja demi
bangsa dan negara.

Memberi Atau Meminta?

Memberi Atau Meminta?
Suatu hari, seorang teman menelepon. Dalam percakapan di telepon,
terdengar suaranya memang agak berat seperti menyimpan kesedihan. Lalu
saya beranikan diri dan bertanya, ada apa? Kenapa suaranya seperti
menyimpan kesedihan?

Lalu teman bercerita:
"Kemaren saya terkena musibah. Rumah kecil yang dibanggakannya
terbakar dan kini mereka tinggal di kontrakan yang amat sempit.
Walaupun begitu, saya tidak berputus asa. Saya akan memulai kembali
hidup saya yang saat ini seperti terhenti berjalan. Pada saatnya saya
yakin, bahwa Tuhan akan memberikan rumah yang lebih besar." Katanya
sambil menghela nafas panjang. Ia menghentikan cerita. Saya belum mau
menanggapi, mungkin ceritanya akan dilanjutkan.

"Dua hari yang lalu, sempat seorang saudara ingin membantu memperbaiki
rumah saya. Dan dia akan menanggung semua biayanya. Namun, saya secara
halus menolaknya. Saya mengatakan, bahwa masih ada orang lain yang
lebih membutuhkannya. Mereka tentu sekarang sangat kelaparan dan
mungkin juga tak punya baju ataupun tempat tinggal. Saya, walaupun
tidak memilik rumah, tapi saya masih punya pekerjaan dan uang. Saya
masih bisa ngontrak rumah dan saya tak akan kelaparan sampai beberapa
bulan mendatang."

Hmmm, jadi sebenarnya apa yang membuat bersedih jika hal-hal di atas
tak membuatnya merasa sedih?

"Kemaren, tetangga saya meninggal karena sakit komplikasi. Saya tidak
tahu kalau tetangga sakit karena saya sudah pindah ke kontrakan yang
agak jauh dari rumah. Jika saya tahu, mungkin saya bisa membantu
membawanya ke dokter untuk diobati. Itulah sebenarnya kesedihan saya.
Saya merasa bersalah karena tidak membantunya saat membutuhkan
pertolongan, karena yang saya tahu, keluarganya tidak memiliki uang
untuk membawanya ke rumah sakit."

Lalu, saya bertanya,
"Maukah kamu menolongku?"
"Apa yang bisa saya bantu?" Tanya-nya.

Maukah kamu memaafkan saya karena saya juga merasa bersalah tidak bisa
menolongmu saat kamu membutuhkan pertolonganku?"

"Tidak teman, itu semua adalah kecelakaan, dan kamu sama sekali tidak
perlu merasa bersalah. Saya tidak perlu memaafkanmu." Katanya yakin.

Budaya Serobot Lampu Merah

Budaya Serobot Lampu Merah
Pulang dari Tulung Agung menuju Blitar, saat dari rumah teman, ada
kejadian unik sekaligus sangat menjengkelkan. Saat itu saya yang
pertama berhenti karena lampu merah menyala. Lalu saya sangat kaget
ketika dua sepeda motor seperti terburu-buru tetap melanggar dan
melewati saya yang sudah berhenti.

Melihat dari pakaiannya, salah satu pengendara sepertinya PNS (Pegawai
Negeri Sipil). Saya mulai membatin, "orang ini pasti sangat
terburu-buru takut telat."
Namun, ketika lampu hijau sudah menyala, salah satu pengendara yang
saya kenali dari pakaian tadi ternyata terkejar oleh laju sepeda motor
saya yang tak terlalu kencang.

Miris, saat melanggar lampu merah, sepertinya pengendara tadi
terburu-buru, rupanya tidak demikian. Karena saya yang sempat beberapa
mnenit menunggu lampu hijau menyala masih bisa mengejar. Lalu apa yang
membuat pengendara tadi rela melanggar rambu lalu linta? Bukankan itu
sangat membahayakan keselamatannya dan keselamatan pengendara lain?

Kejadian seperti ini tentu saja bukan hanya saya yang mengalaminya,
tetapi di tempat lain tentu ada yang pernah melihatnya. Dan itu
dilakukan oleh orang-orang yang telah lulus uji berkendara. Apakah
mereka tidak merasa bersalah karena telah melanggar peraturan berlalu
lintas?

Budaya serobot lampu merah sebenarnya sudah sering terjadi, dan itu
sangat membahayakan, tetapi justru kadang hal-hal yang berbahaya bagi
keselamatan tidak menjadi prioritas pengendara. Semua merasa itu bukan
pelanggaran dan tidak pernah merasa malu.

Pengalaman saya, saat lampu merah menyala, walau kendaraan dalam
keadaan sepi, saya selalu berusaha mentaaatinya. Kadang hal yang tak
terduga bisa saja terjadi, karena bila lampu hijau menyala, dari arah
berlawanan, atau dari jalan berbeda kendaraan bisa saja melaju dengan
kencang karena merasa ketika lampu hijau, kendaraan dari jalan lain
berhenti.

Saya sempat merenung, mengapa orang-orang semacam ini tak mendapat
perhatian dari aparat kepolisian?